You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Desa Susukan

Desa Susukan

Kec. Wanayasa, Kab. Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah

PEMERINTAH DESA SUSUKAN KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA JAWA TENGAH 53457

NILAI-NILAI BEDAH TRADISI: PROSESI NYADRAN GEDHE DESA SUSUKAN DALAM RANGKA HAUL KI AGENG BRAMASARI

malik 04 Maret 2024 Dibaca 212 Kali
NILAI-NILAI BEDAH TRADISI: PROSESI NYADRAN GEDHE DESA SUSUKAN DALAM RANGKA HAUL KI AGENG BRAMASARI

Susukan - Tradisi Nyadran atau Sadranan merupakan suatu tradisi atau aktivitas kultural masyarakat Jawa dalam rangka menghormati dan Nylameti (Mendo’akan keselamatan) kepada para leluhur serta mengirimkan do’a-do’a kepada arwah para leluhur yang memiliki pengaruh penting pada suatu kolektifitas masyarakat di Jawa. Nyadran sendiri biasa dilakukan pada saat bulan Sya’ban (Kalender Hijriyah) atau bulan Ruwah (Kalender Jawa) oleh masyarakat jawa. Dimana dalam kegiatan tersebut masyarakat melakukan aktivitas spiritual seperti Ziarah kubur dan Tasyakuran yang umumnya menggunakan makanan Tumpeng dan hasil bumi untuk makan bersama sebagai bentuk Syukur atas nikmat serta rezeki  yang diberikan oleh Allah SWT. Nyadran juga bertujuan sebagai sarana untuk melestarikan budaya dan upaya untuk menjaga sikap gotong royong dan saling berbagi antar masyarakat dalam rangka menjaga keharmonisan hubungan manusia.

Nyadran sendiri dimaknai sebagai upacara tradisional oleh kalangan masyarakat Jawa yang merupakan bentuk komunikasi ritual. Kata Nyadran sendiri memiliki definisi yang berasal dari bahasa Jawa yaitu; “Slametan ing sasi Ruwah nylameti para leluwur (Kang lumrah ana ing kuburan utawa papan sing kramat ngiras resiki tuwin ngirim kembang).” yang berarti; Selamatan di bulan Ruwah bertujuan untuk menghormati leluhur (biasanya di makam atau tempat yang keramat sekaligus membersihkan dan mengirim bunga). Nyadran dilakukan oleh Sebagian kalangan masyarakat Jawa seperti yang dilakukan di Desa Susukan, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara, yang oleh masyarakat Desa Susukan menyebutnya dengan sebutan Bedah Tradisi Nyadran Gede.

Nyadran Gedhe merupakan tradisi tahunan yang dilaksanakan di Desa Susukan dalam rangka memperingati Haul Ki Ageng Bramasari beserta para leluhur yang telah memberikan jasa perjuangan dalam membentuk peradaban masyarakat Islam di Desa Susukan. Nyadran Gedhe juga dilakukan untuk menyambut jelang bulan suci Ramadhan, dimana warga masyarakat Desa Susukan melakukan aktivitas budaya keagamaan seperti Tasyakuran, Pengajian, dan penampilan Kesenian dari sumber daya yang ada di Desa Susukan.

Tradisi Nyadran sudah dilaksanakan turun-temurun dari zaman dahulu pasca Ki Ageng Bramasari wafat di Desa Susukan. Sebagai perwujudan masyarakat yang guyup rukun dan senantiasa mengenang jasa-jasa para tokoh pendiri Desa Susukan serta wujud Lestari terhadap budaya, warga masyarakat Desa Susukan membuat kegiatan bedah tradisi yang bertujuan untuk mendo’akan dan melakukan kegiatan tasyakuran sebagai bentuk Syukur kepada Allah SWT. Atas kelimpahan Rahmat dan karunia-Nya.

Bedah tradisi atau yang biasa disebut Nyadran gedhe kali ini diselenggarakan di Hari Kamis (2/29/2024) banyak masyarakat Desa Susukan yang antusias mengikuti kegiatan Nyadran Gedhe kali ini. Meskipun dalam prosesi kegiatan Nyadran tidak sekompleks dan semeriah pada tahun-tahun lalu, karena persiapan yang dilakukan oleh pelaksana kegiatan hanya sekitar 1 bulan kurang. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa antusias dan kontribusi warga masyarakat Desa Susukan masih melekat pada jiwa-jiwa kultural mereka. Nilai-nilai yang terkandung dalam budaya Nyadran ini menjadi momok persatuan dan tali silaturahmi antar warga masyarakat. Disamping itu, banyak dari sekian anak muda dan orang tua Desa susukan membuat integrasi kolaborasi dalam upaya penyelenggaraan kegiatan Nyadran Gedhe tahun ini.

Kegiatan Nyadran Gedhe di Desa Susukan kali ini memiliki rangkaian kegiatan didalamnya, dimana dalam kegiatan tersebut selalu memiliki unsur akulturasi budaya dengan agama Islam. Dengan rangkaian kegiatan yang meliputi aktivitas spiritual keagamaan, menambah harmonisasi dan siraman Rohani kepada setiap individu dalam masyarakat untuk menumbuhkan hubungan tali silaturahmi yang erat dan meningkatkan aspek spiritual mereka. Rangkaian kegiatan Nyadran Gedhe Desa Susukan yang pertama adalah Ziarah kubur ke makam leluhur yakni Ki Ageng Bramasari. Masyarakat berbondong-bondong berangkat ke makam untuk berziarah dengan menggunakan pakaian rapi dan meluruskan niat untuk mendo’akan Ki Ageng Bramasari dan sesepuh Desa Susukan yang telah wafat. Kegiatan tersebut dilaksanakan sekitar jam 07:00 WIB pagi hari. Sebagian masyarakat ditugaskan untuk mengambil air mineral yang ada di situs peninggalan Ki Ageng Bramasari, situs tersebut Bernama Kali Wali yang berada di sebelah utara Desa Susukan.

Kemudian setelah ziarah kubur, warga masyarakat di arahkan menuju tempat panggung tasyakuran, tempat dimana masyarakat melaksanakan do’a bersama, syukuran serta pengajian. Dalam kegiatan tersebut, segala perlengkapan dan makanan—tumpeng, hasil bumi, dsb—telah disiapkan untuk dimakan bersama. Disamping itu sebelum dilaksanakannya do’a bersama, grup hadroh Desa Susukan mengiringi kegiatan tersebut dengan sholawat. Setelah kegiatan Tasyakuran dan makan bersama telah selesai, dilanjutkan dengan rangkaian kegiatan inti yaitu; pembacaan ayat suci Al-Qur’an, kemudian sambutan yang dibawakan oleh Kepala Desa Susukan, Bapak Hasyim Abdullah, dan yang terakhir pengajian yang dibawakan oleh Kyai Miftahul Ulum, dari Karangkobar.

Acara Nyadran Gedhe tersebut dihadiri oleh warga masyarakat Desa Susukan yang meliputi Dusun Legok Langkir dan Dusun Simpar. Selain itu, banyak juga dari beberapa tokoh budaya dan beberapa pejabat menghadiri keiatan tersebut untuk mengharagai pelestarian nilai-nilai budaya di Desa Susukan. Dalam tradisi ini tentunya memiliki nilai-nilai baik yang terkandung di dalamnya, beberapa diantaranya yakni; gotong royong, nilai persatuan dan kesatuan, musyawarah, nilai pengendalian sosial dan nilai kearifan lokal.

Beri Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui oleh admin
CAPTCHA Image

APBDes 2023 Pelaksanaan

Pendapatan
Rp2,316,617,406 Rp2,323,030,000
99.72%
Belanja
Rp2,231,069,482 Rp2,376,123,782
93.9%
Pembiayaan
Rp53,093,782 Rp53,093,782
100%

APBDes 2023 Pendapatan

Hasil Usaha Desa
Rp8,700,000 Rp14,520,000
59.92%
Dana Desa
Rp1,178,722,000 Rp1,178,722,000
100%
Bagi Hasil Pajak Dan Retribusi
Rp22,832,000 Rp22,832,000
100%
Alokasi Dana Desa
Rp428,096,000 Rp428,096,000
100%
Bantuan Keuangan Provinsi
Rp225,000,000 Rp225,000,000
100%
Bantuan Keuangan Kabupaten/kota
Rp450,000,000 Rp450,000,000
100%
Bunga Bank
Rp3,267,406 Rp3,860,000
84.65%

APBDes 2023 Pembelanjaan

Bidang Penyelenggaran Pemerintahan Desa
Rp529,467,682 Rp556,461,482
95.15%
Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa
Rp1,440,495,800 Rp1,444,917,800
99.69%
Bidang Pembinaan Kemasyarakatan
Rp12,634,000 Rp22,410,000
56.38%
Bidang Pemberdayaan Masyarakat
Rp129,672,000 Rp230,375,500
56.29%
Bidang Penanggulangan Bencana, Darurat Dan Mendesak Desa
Rp118,800,000 Rp121,959,000
97.41%